Lembaga Pendidikan Darussalam Gontor
Pesantren Darussalam, yang lebih dikenal dengan sebutan pondok Gontor, karena letaknya di Gontor, Ponorogo Jawa Timur telah memberi banyak kontribusi dan jasanya dalam membangun bangsa. Sebagai pesantren sekaligus lembaga strategis untuk kaderisasi sumber daya manusia (SDM), Gontor telah membuktikan kemampuannya dalam mewujudkan manusia yang saleh dengan dua model spesialisasi: ulama dalam bidang syariat dan ulama dalam bidang ilmu kauniah.
Meski kadang harus menghadapi masalah-masalah psikologis dalam pondok, para santri juga para guru di Gontor tetap melaksanakan tugas-tugas kesehariannya penuh ceria. Sejak tahun pertama, para santri diberi arahan lewat pelajaran seperti mahfuzhat: ash shobru kash shobiri murrun fi madzaqotihi, lakin 'awaqibuhu ahla minal 'asali, (sabar itu ibarat minuman yang sangat pahit rasanya, tetapi dampak pengaruhnya lebih manis dari madu)".
Ketenteraman para santri dirasakan dengan segala agenda yang padat, program pesantren yang sarat dengan nilai-nilai edukasi, dan nuansa sosial yang membekas sampai saat mereka menjadi alumni. Ketenteraman saat menjadi alumni dirasakan dengan suasana keakraban dan kebersamaan, meskipun mereka berada di tempat yang berjauhan.
Pendidikan pesantren
Dalam perjalanan sejarah, pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam strategis untuk mewujudkan generasi Muslim yang siap menjalankan amanat kehidupan. Pesantren memiliki banyak fungsi yang sangat tinggi nilai dan martabatnya dalam dunia pendidikan.
Setidaknya ada tiga fungsi utama pesantren untuk merealisasi tujuan mulianya dalam mewjudkan kekuatan sumber daya manusia pada semua aspeknya. Ketiganya adalah fungsi taklim (pengajaran ilmu pengetahuan yang dibutuhkan santri), fungsi tarbiyah (yaitu mendidik santri, agar mereka terarah dan terbimbing), fungsi Lembaga Dakwah Islam yang melayani masyarakat.
Fungsi pengajaran yang dilakukan Pondok Modern Gontor adalah penyampaian ilmu agama yang memadai juga pengetahuan umum serta ilmu-ilmu terapan yang disampaikan secara tidak langsung lewat berbagai macam aktivitas. Keberhasilan pelaksanaan fungsi ini sangat ditentukan oleh keharmonisan hubungan antara guru, santri dan materi-materi itu sendiri.
Pondok bukan hotel, karena pondok didirikan santri. Pondok adalah tempat berlatih menjadi orang yang suka dan pandai menolong, bukan yang hanya selalu minta ditolong. Ajaran atau didikan yang utama di pondok ialah tidak menggantungkan diri kepada orang lain.
Perubahan dan globalisasi
Kemajuan zaman telah ditandai oleh pesatnya perkembangan pengetahuan, teknologi dan kecanggihan sistem informasi. Di satu sisi, kemajuan tersebut tidak sedikit memberikan manfaat bagi kehidupan manusia masa kini. Di sisi lain, kemajuan tersebut banyak menimbulkan masalah sosial yang serius, terutama liberalisasi pola hidup anak-anak remaja.
Hedonisme merupakan gejala kehidupan remaja yang diakibatkan oleh kosongnya remaja dari nilai-nilai agama. Prinsip para remaja yang menganggap bahwa masa muda adalah masa bersenang-senang, membuat kalangan remaja sulit diarahkan. Hal ini menjadi salah satu tantangan bagi pendidikan pesantren.
Tantangan lain berupa kehidupan yang semakin permisif. Pergaulan bebas, narkoba, dan sejenisnya, lahir akibat pola hidup yang permisif. Para remaja masa kini juga punya kebiasaan hura-hura. Tantangan itu dilengkapi dengan persoalan kependudukan di Indonesia yang semakin kompleks dan kualitas masyarakat yang memprihatinkan.
What's next
Pondok Modern Gontor hendaknya mencanangkan dalam visinya untuk menjadi pesantren yang berfungsi sebagai research university untuk meningkatkan profesionalisme SDM Pendidikan Islam. Hal ini penting karena begitu besar harapan masyarakat terhadap Pondok Modern Gontor. Tantangan yang mengglobal tersebut menuntut kerja keras dalam mewujudkan santri pemimpin dan pelopor yang berdaya intelektual dan berwawasan Islam moderat. Gontor dituntut menampilkkan santri yang memiliki semangat juang dan pengorbanan untuk izzul Islam dan Muslimin.
Keberhasilan penyampaian pesan sangat bergantung pada cara penyampaiannya. Karenanya memahami metode pembinaan merupakan keniscayaan, dengan memperhatikan aspek-aspek psikologi perkembangan anak didik. Sesuai dengan makna tarbiyah yakni memiliki mendidik, menjaga, memelihara dan mengarahkan, maka penulis melihat bahwa metode pembinaan yang tepat untuk anak memerlukan beberapa hal.
Pertama, keteladanan. Anak selalu melihat dan memperhatikan sikap dan perilaku figur. Figur yang paling dekat dengannya adalah orang tuanya sendiri. Meski secara psikologis anak remaja mulai terlihat renggang hubungan dengan orang tuanya, tetapi tetap saja anak akan melihat orang yang sering ia lihat yaitu orang tuanya. Ia akan bercermin kepada orang tuannya, karenanya perlu tampilan yang baik dan keteladanan dari orang tua.
Kedua adalah pembiasaan, yaitu penjadwalan suatu pekerjaan agar menjadi tingkah laku yang terpola. Hal ini penting agar dapat membentuk karakter anak menjadi disiplin dan taat menjalankan tugas.
Ketiga perlu nasihat. Masa kanak-kanak adalah masa penuh dengan kegembiraan. Bagaimanapun keadaannya, mereka tetap membutuhkan bimbingan dan nasihat dari pendidiknya.
Keempat adalah pengawasan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana efektivitas pembinaan terhadap anak remaja yang telah dilakukan para pendidik. Pengawasan di sini bukan berarti pendiktean anak remaja, tetapi lebih dari pada tindakan evaluatif yang direkayasa secara dialogis.
Kelimapemberian hukuman, yaitu pemberlakuan konsekuensi pelanggaran yang dilakukan anak didik yang meninggalkan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukannya. Pemberian hukuman (punishment) ini hendaknya diimbangi dengan pemberian penghargaan (reward), sehingga anak merasa dihargai eksistensi dan perilakunya. Target dari metode ini adalah agar anak berlatih memikul tanggung jawab dalam hidup.
Label modern membuat Pondok Gontor dituntut melaksanakan fungsi pengajaran dan pendidikan lebih metodologis dan lebih aktif melaksanakan nilai-nilai pendidikan yang akrab dengan lima ciri. Gontor harus interaktif. Kegiatan pembinaan mengembangkan suasana interaktif baik antara pendidik dan anak didik, anak didik dan materi pembahasan, murid dan media, juga sesama peserta didik.
Gontor juga harus atraktif, yaitu mengembangkan kegiatan yang mampu menarik perhatian anak didik. Kegiatan pembinaan yang monoton dan membosankan akan menurunkan minat dan perhatian anak. Lembaga tersebut juga harus stimulatif, yakni merangsang murid untuk bertindak proaktif mencari lebih lanjut berbagai permasalahan yang sedang diajarkan.
Selanjutnya, pesantren tersebut juga harus fasilitatif, yaitu mendukung kegiatan belajar dengan menyediakan berbagai fasilitas yang diperlukan: alat peraga, laboratorium, kunjungan, pengamatan, multimedia, penghargaan. Yang terakhir, pesantren itu harus evaluatif, yaitu melakukan evaluasi yang sistematis dan efektif. Evaluasi ini tidak hanya terfokus pada hasil, namun juga terhadap proses, sehingga akan memberikan umpan balik bagi efektivitas metode yang digunakan.
Semua itu dilakukan berdasarkan pola asuh yang dikenal dalam ilmu pendidikan Islam dan sangat sesuai dengan fase-fase usia anak. Ali bin Abi Thalib memberikan sebuah tawaran pola pembinaan anak dalam sebuah ungkapannya yang masyhur: "Ajaklah anak bermain pada tujuh tahun pertama, disiplinkanlah anak pada tujuh tahun kedua dan bersahabatlah pada anak usia 7 tahun ketiga".
Ikhtisar
* Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam strategis untuk mewujudkan generasi Muslim yang siap menjalankan amanat kehidupan.
* Pondok Modern Gontor hendaknya mencanangkan dalam visinya untuk menjadi pesantren yang berfungsi sebagai research university.
* Label modern membuat Pondok Gontor dituntut melaksanakan fungsi pengajaran dan pendidikan lebih metodologis dan lebih aktif melaksanakan nilai-nilai pendidikan.