الجنة تحتى أقدام أمهاتكم
"Al-Jannatu tahta aqdamil ummahat"
Surga itu di telapak kaki ibu”, awalnya tak pernah terbayang seperti apa dan kenapa surga mesti di telapak kaki ibu?...Padahal ayah adalah pemegang tanggung jawab dalam keluarga. Saat kita mulai ingat akan segala sesuatu didunia ini, mungkin tidak banyak mereka yang menyadari hadits pendek namun padat makna itu.
Bahkan sering kita mendengar begitu banyak anak yang tega berbuat aniaya terhadap ibunya. Sering kita mendengar dan menyaksikan berita yang dimuat baik itu dimedia cetak ataupun elektronik. Sehingga kadang ironisnya tidak sedikit anak yang tega menghabisi nyawa ibunya tanpa alasan yang jelas. Naudzubillahiminzalik…
Sungguh miris hati ini rasanya jika kita mendegar hal seperti itu. Dizaman yang semakin maju dengan dukungan teknologi canggih pun kita masih disuguhkan dengan berbagai isu dan berita seperti itu. Tak habis pikir kenapa mereka berbuat tega seperti itu.
Tapi kadang hati ini seperti tidak pernah tersentuh ketika mendengar kabar berita tersebut. Hati ini masih sering membuat ibu menangis, bahkan mungkin secara tidak sadar masih sering lupa akan apa yang pernah ibu berikan. Padahal hati ibu, kasih sayang nya tidak akan pernah luntur meski hujan badai menerjang…. Tidak akan pernah sirna ditelan zaman.
Ibu masih terngiang suaramu meski saat ini jarak memisahkan aku darimu. Sentuhan lembut jarimu di masa kanak-kanakku masih terasa menemani hari-hariku. Bahkan semua itu menjadi inspirasi dan motifasi bagiku untuk menjalani hari-hari dalam hidupku yang penuh dengan lika-liku. Saat aku jauh, lidahmu tidak pernah kering dari do'a untuk kebaikan anakmu. Semua kau lakukan tanpa menuntut pamrih dan balas jasa anakmu. Tapi apa, apa yang anakmu berikan kepadamu…??? Semua belum sepadan dengan apa yang telah kau berikan padaku….
Setiap detik dan pergantian hari, kau asuh anakmu. Kau didik anakmu ini agar kelak menjadi anak yang sholeh, anak yang akan diidam-idamkan olehmu, tapi kau tidak pernah meminta imbalan dari anakmu. Bahkan sebaliknya terkadang anak mu tidak bisa membalas budi baikmu. Sebaliknya bayak sekali sikapku melukai hatimu, tapi kau tetap memaafkan sikap anakmu….
Sungguh, aku bukanlah anak yang baik yang bisa memberikan balas budi untukmu. Waktu yang mengantarkanku pada kehidupan nyata telah banyak menorehkan prasasti tak terilai darimu. Tapi aku sering lupa, lupa akan apa yang telah engkau berikan kepadaku. Maafkan anakmu yang telah lalai terhadap semua jasamu.
Mungkin saat kau melahirkanku, itu memberikan gambaran betapa beratnya perjuanganmu untuk melahirkanku. Perjuangan antara hidup dan mati, saat detik-detik melahirkan telah menyadarkanku betapa luasnya kasih sayangmu yang tidak akan pernah sanggup bagiku untuk membalasnya.
Terimakasih ibu atas semua jasa-jasamu, aku berharap dengan semua ini dapat memberikan motifasi bagi ku menuntut ilmu dinegri para anbiya ini (Egypt) untuk mengejar semua yang kau cita-citakan dariku. Dan aku berhaaarap dengan kesuksesanku kelak bisa menjadi obat segala luka yang pernah tergores akibat sikapku. Mungkin aku baru sadar bahwa memang surga itu ditelapak kaki ibu.
Terimakasih ibu....
Kado Bagi Kehidupan
Usia kita didunia ini tak panjang. Orang zaman sekarang, tak banyak yang bisa hidup sampai seratus tahun. Dari sedikit waktu itu, sejarah kehidupan kita di dunia terukir. Kelak, orang akan mengenangkan kita setelah mati dengan prestasi-prestasi yang pernah kita capai. Atau bisa pula banyak orang justru akan mengenang keburukan perilaku kita semasa hidup didunia ini. Semua itu tergantung dari apa yang kita perbuat, apa yang kita lakukan.
Tujuan hidup memang bukan untuk dikenangkan, bukan pula untuk menjadi seorang pahlawan. Tetapi, ketika kita melakukan sesuatu, sekecil apapun untuk kebaikan dunia ini, kebaikan alam, kebaikan sesama manusia, di situlah sejarah kepahlawanan muncul dengan sendirinya. Orang akan mencatat dalam ingatan, bahkan dalam buku-buku yang menjadi bahan pembelajaran kita, sebagai contoh sederhan sewaktu kita disekolah tingkat dasar mempelajari tentang sejarah Kepahlawanan, sejarah secara otomatis akan mencatat ketika orang berbuat kebaikan yang langka, ketika orang lain tak mampu dan tak mampu mengerjakannya.
Kita, memang tak perlu terlalu berambisi mencari identitas kepahlawanan. Ia akan datang seiring dengan ketulusan sikap serta ketulusan perilaku manusia untuk rela berkorban kepada sesamanya. Naluri kemanusiaan yang akan menuntunnya. Memberikan yang terbaik dari yang ia punyai, entah berupa harta, tenaga maupun pikiran untuk sebuah kehidupan, yaa kehidupan didunia ini.
“Berikan sesuatu pada kehidupan, niscaya kehidupan akan mencukupimu”. Kata-kata ini mengajak kita untuk mulai berpikir tentang kado terbaik yang bisa kita berikan bagi kehidupan ini...
Aucun commentaire:
Enregistrer un commentaire